22:09

Mohasn na’a ronag kali rona agu kokak, jurakn na’a tu’ag kali tu’a agu kula.

Pengertian kata menurut maksud ungkapan : mohasn na’a ronag kali rona agu kokak artinya sedihnya aku bersuami pada hal ibarat bersuamikan burung madu. Jurakn pukul tu’ag kali tu’a agu kula artinya terkutuknya aku memelihara mertua pada hal ibarat bermertuakan musang atau luak.

Pengertian ungkapan : penyelesan seorang wanita yang telah berumah tangga, karena sering mendapat tekanan, baik dari suami maupun mertua. Sang suami hanya menuntut isteri mengerjakan segala sesuatu yang diinginkan suami. Sikap sang suami terhadap isteri seolah-olah antara majikan dengan pembantu rumah tangga. Isteri selalu dicomeli, mengapa pekerjaan tidak diselesaikan tuntas. Mertua diharapkan sebagai pengganti orang tua wanita, tetapi kenyataannya lain. Mertua menunjukkan sikap yang tidak mengakui kegiatan-kegiatan rumah tangga yang telah dilakukan menantu. Mertua tidak memberikan petunjuk yang baik terhadap menantu dalam hal memperbaiki kekeliruan, melainkan mencela, dikatai, dianggap malas. Mertua tidak menunjukkan sikap melindungi dan mengayomi, melainkan sikap bermusuhan.
Isi ungkapan : bagi para gadis agar memepertimbangkan dengan matang sebelum menerima lamaran pemuda sebagai calon suami. Diselidiki dengan cermat sifat serta watak calon suami, sehingga mendapat gambaran cara-cara menghadapinya bila telah menikah. Para orang tua harus menyerahkan pilihan kepada anak gadis sendiri untuk calon suaminya. Orang tua boleh memberi saran serta pertimbangan, tetapi keputusan tetap pada anak sendiri.
Makna ungkapan : orang tua menyerahkan sepenuhnya kepada anak gadis untuk memilih serta memutuskan menerima pemuda sebagai calon suami. Para gadis berhati-hati, teliti dan cermat serta mempertimbangkan dengan matang sebelum menerima pinangan. Nilai yang perlu dipetik para gadis dari makna ungkapan ini adalah resiko yang harus dipikul setelah hidup bersama sebagai suami isteri. Apapun yang dialami dalam rumah tangga, si isteri tak dapat mengelak dari tanggungjawab. Para suami menyadari tentang peranan serta tanggungjawab isteri. Ia mempunyai harkat serta martabat yang sama dengan kaum pria. Isteri jangan dianggap sebagai pembantu rumah tangga, ia harus diajak dalam rangka membahas segala sesuatu untuk meningkatkan pendapatan serta kesejahteraan keluarga. Para mertua harus meyadari bahwa menantu wanita diterima sebagai anggota keluarga. Karena itu mertua harus menunjukkan sikap sebgai pengganti orang tua bagi menantu wanita, membina hubungan yang akrab, hindarkan sikap bermusuhan.
Lambang yang digunakan : koka (burung madu) adalah burung yang tidak pernah diam, bernyanyi terus, di saat mencotol makanannya pun ia lakukan sambil bernyanyi. Burung madu diangkat sebagai lambang dalam ungkapan ini adalah perumpamaan tentang sikap serta perilaku sang suami yang selalu mencela pekerjaan isteri, memerintah isteri mengerjakan semua pekerjaan, memarahi isteri bila terjadi kekeliruan. Hanya suami yang benar, istri dianggap serba salah. Kula (luak, musang) adalah binatang yang mempunyai sifat serta tabiat tidak peduli terhadap kelompok jenisnya, suka bermusuhan serta memangsa sesamanya. Luak diangkat sebagai lambang adalah perumpamaan tentang sifat serta tabiat mertua yang tidak mencerminkan pengganti orangtua bagi menantu wanita.
Penggunaan ungkapan : digunakan kaum pria maupun wanita dalam bentuk lagu karena prihatin dengan penderitaan serta tekanan batin seorang ibu rumah tangga. Sebagai sindiran terhadap penderitaan isteri seseorang yang diperlakukan secara tak sewajarnya baik oleh sang suami maupun mertua (dalam bentuk lagu).

1 komentar:

Anonymous said...

Iyo Mas Apul,... Ternyata kehidupan berumah tangga itu tidak semudah dan segampang yang kita kira/sangka. berbagai asumsi dan pemikiran soal perkawinan dan kehidupan saat menjalaninya telah menjadi fenomena tersendiri bagi masing2 pasangan suami istri. ada yang bilang kawin usia muda lebih bermarftabat dan bermanfaat, selebihnya, menikah pada usia tua (matang sekali) lebih dianggap sebagai kesiapan soal materi dan pengendalian emosi.
Om Apul terhormat,.... tanpa tendensi apapun, saya sebagai contoh paling dikenal oleh Om Apul, saya masuk bagian yang mana???